Senin, 27 Oktober 2014

7 DAYS SOMETHING PART 6

Fan Fiction Khuntoria
"Knowing the fact, make me feel like in hell"

"Apa maksud ini semua?" Tanyaku dengan suara bergetar, bahkan aku tak sanggup memegang sehelai foto pun.
Wajah Khun pun tak kalah pucat. Dia tampak panik dan duduk perlahan di kursinya. Tubuhku masih bergemetar melihat foto foto di hadapanku.
"Kau... kau siapa Khun?" Ucapku. Kembali aku tak mendapat jawaban dari mulut Khun.
Khun terus menatapku, tubuhku semakin bergetar, nyaris lunglai.
Kemudian Khun menggengam kedua tanganku, seperti berusaha mentransfer segala kekuatan yang ia miliki. Dia hanya mengusap usap tanganku, tapi upayanya gagal jika maksudnya untuk menenangkanku.
"Apa maksud... maksud dari foto foto ini?" Tanyaku, kali ini dengan suara yang lebih terdengar pasrah.
"Aku, aku harus mulai dari mana?" Tanya Khun dengan nada lembut yang berhasil membuat kecemasanku berkurang. "Apa yang harus kujelaskan?"
"Apapun. Semuanya. Demi Tuhan Khun, aku butuh kejelasan. Apa ini sebenarnya?"
"Baiklah, aku akan memulainya. Sepertinya terapi mu mengalami banyak kemajuan, episode ini jauh dari episode sebelumnya."

~ ~ ~
*Khun mulai bercerita mengenai foto foto itu*
"Victoria!" Aku menghampiri gadis tinggi cantik dan berambut panjang itu. "Kau sudah pulang? Aku sudah menunggumu sejak tadi!"
"Untuk apa kau menungguku? Memangnya kau tak punya kerjaan lain?"
"Kelasku kosong sejak siang tadi. Aku punya janji kan untukmu, jadi harus aku tepati sore ini!" Jelasku.
"Oh ya?! Jinjja chaigya?!! Woaaaah. Kapan kau akan memberikannya?!!" Victoria mulai mengeluarkan nada manjanya yang selalu aku suka.
"Kita cari tempat untuk makan dulu ya. Nanti aku kasih ke kamu hadiahnya!" Aku pun melemparkan kedipan mataku untuknya.

~ ~ ~
Tibalah kami di salah satu cafe dekat kampus kami. Victoria, gadis yang hampir dua tahun ini aku pacari. Semua tentang cerita hidupku selama itu pasti tentang Victoria juga.
Kami sama sama di Semester akhir, dan aku tidak akan main main dengan gadis cantik ini. Aku mencintainya. Sangat mencintainya, aku akan membahagiakannya. Bagaimanapun caranya.
"Ini makanan kesukaanmu" Victoria memberikan seloyang pizza dan coca cola dihadapanku. "Kau sebentar lagi akan mati di lautan soda itu!"
"Eeey... kalau aku mati, kau bagaimana?" Ledekku.
"Molla~ aku akan seperti udara mungkin. Yang ada tapi tak terlihat" jawab Victoria sambil mengambil potongan pizza yang pertama.
Kami pun mulai larut dengan pembicaraan seperti biasanya. Tentang aku. Dia. Dan kami. Aku selalu suka saat Victoria sibuk mengoceh tentang dirinya, momment seperti ini terlalu sayang untuk dilewatkan. Kami terus mengobrol hinggan potongan pizza terakhir.
"Jadi mana hadiahmu?" Victoria adalah gadis yang pintar. Dia tidak pernah lupa tujuan awalnya.
"Ini. Kau buka di kamar saja nanti. Jangan sekarang" aku memberinya sebuah amplop yang isinya, aku tau dia akan sangat menyukainya.
"Ue? Harus di rumah? Aku sangat penasaran! Aku buka sekarang ya!"
"Di rumah saja, ayok kita pulang. Nanti ibumu mencari mu."

~ ~ ~

"Khun, saranghe~" Victoria memelukku sangat erat malam itu. Begitu pula aku. Gadis ini yang telah banyak mengubah hidupku. Bagaimana aku mengungkapkan besarnya sayangku padanya?
"Ne~ na tto Victoria. Kau buka di kamar ya"
Victoria mengangguk. "Kau langsung pulang?" Tanyanya kemudian.
"Aku harus mampir ke Kantor dulu. Ada yang harus ku kerjakan".
"Ini sudah larut. Besok kau ada kelas pagi. Apa tidak bisa besok ke kantornya?"
"Tidak bisa. Besok pagi hotel ku kedatangam tamu besar. Jadi aku harus memastikan bahwa semuanya sudah beres. Aku pulang ya. Kau masuk sana"
"Khun~" Victoria memegang lenganku, sperti yg sering ia lakukan. Tapi kali ini dia memelukku, sangat erat.
"Eey~ ada apa Victoria?"
Victoria hanya menggeleng dan tetap memelukku. "Berjanjilah. Untuk selalu ada di sisiku. Jangan kemana mana. Harus ada di sisiku. Karena aku tak bisa tanpamu".

# # #

Tubuhku bergetar saat mendengar cerita Khun. Jadi, aku dan dia sudah lama saling mengenal? Aku hanya diam, cerita ini masih terlalu mengada ngada bagiku.
"Isi amplop itu adalah paket liburan ke Seoul. Ke Sungai Han, Pulau Nami, Namsan  Tower, dan Teddy Bear Museum. Sesuai dengan keinginanmu, kita pilih musim winter. Seperti saat ini. Kau langsung berteriak kegirangan saat menelfonku malam itu. Aku yang menyetir untuk ke Hotel pun lega sekali mendengar teriakkan gembira mu di telfon malam itu. Karena membahagianmu adalah tujuan hidupku Victoria".
Aku tak mampu menjawab apa pun, aku hanya mulai menangis. Karena samar samar ingatan itu tergambar.
"Tapi sayang, aku tidak bisa ikut ke Seoul bersamamu. Mobilku menabrak pembatas jalan malam itu, aku koma sampai hampir  1tahun. Aku tak tahu bagaimana keadaanmu selama satu tahun itu. Setelah aku tersadar aku pun tak bisa mengingat semuanya dengan baik" Khun menghentikan ceritanya. Mata besarnya menatapku penuh dengan simpati.
Aku hanya tertunduk. Aku tidak siap menerima kenyataan.
"Keluarga ku pun  menyalahkan dirimu atas kejadian ini. Karena aku menyetir sambil menelfon dirimu. Sampai akhirnya, aku melihatmu. Di kampus kita. Kau dengan rambut panjang mu. Mini dress putih dan cardigan juga dengan tas yang sama saat kau kuliah 3 tahun lalu. Ya... kau sama dengan 3 tahun lalu. Bahkan terlalu sama. Seperti waktu tak bergerak"
Aku menatap Khun. Tangisku semakin menjadi. Aku tak mengerti ini semua. Jauh di dalam pikiranku aku tau, ada yang salah dengan diriku.
"Aku berusaha mendekatimu. Ternyata kau juga tidak ingat denganku. Saat aku sebutkan namaku, jawaban mu selalu 'lucu sekali. Kenapa harus Nichkun?  Apa tak ada nama lain?'."
"Se... se... selalu? Maksudmu?"
"Iya. Selalu." Jawab Khun kemudian kembali menggenggam tanganku. Mengehentikan sedikit getaran tanganku. "Aku terus mencari tahu. Apa yg salah pada dirimu, mengapa kau tidak ingat padaku? Harusnya hanya aku yang mengalami lupa ingatan. Kenapa kau juga seperti itu?. Sampai akhirnya aku menemukan jawabannya. Kau... menderita obsesive compulsive disorder . OCD. Kau mempunyai rasa trauma besar atas kejadianku. Kata dokter ingatanmu akan kembali mengulang setelah kau kembali dari Seoul. Kau akan terus menerus mengulangi situasi itu. Seolah kau memainkan drama dengan situasi yang sama, dan secara tak sadar kau mengulang kalimat yang sama. Ini sudah winter ke 4 bagimu." Jelas Khun panjang lebar.
"Kau. Jangan mengada ada!" Ucapku. "Aku? Menderita OCD!" Tidak mungkin.
"Victoria, tolong lah. Percaya padaku. Semenjak 4 tahun, baru kali ini kau melihat foto foto ini. Bukankah semua foto ini menjelaskan semuanya?" Jelas Khun.
Memang, ada beberapa gambarku di lokasi yang sama. Dengan warna baju yang sama. Namun, aku tetap belum bisa menerima semuanya. Aku? OCD? Tidak mungkin.
"Kau gila Khun! Aku tau. Kau yang terobsesi selama ini dengan ku! Kau yg sengaja duduk di sampingku saat di pesawat! Kau yang terus mengikuti selama di sana! Kau yang gila! Bukan aku!"

# # #
-To be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar