Rabu, 22 Oktober 2014

7 DAY SOMETHING part.3

Lelah berjalan seharian di Pulau Nami. Barisan lampion di ranting ranting pohon mulai bercahaya dan membias di putihnya salju. Ah... ini indah, tidak sia sia menyebrang selama 2 jam untuk menghabiskan sore di Pulau ini. Kapal yang menjemput kami akan datang 1 jam lagi. Aku tengah memijit mijit betisku sembari melihat sekelilingku, bagaimana caranya wanita wanita ini berkeliling seharian, berlari dengan menggunakan hak tinggi seperti itu? Senyaman apa sepatu yang mereka gunakan? Aku hanya mrnggunakan sepatu boot flat saja sudah menyerah.
"Kau lelah?" Pria itu lagi. Nichkhun lagi. Tuhan... sampai kapan pria ini terus ada disekelilingku?
Aku hanya menggeleng menjawabnya.
"Masih ada satu tempat di Nami yang harus kau kunjungi. Ada pohon special di pulau ini"
"Pohon spesial? Pohon apa? Semua barisan pohon yang aku lihat sejak tadi sepertinya sama saja." Jawabku.
"Kau penasaran?" Dia menaik turunkan alis tebalnya.
"Ani~ biasa saja"
"Mari ku perlihatkan!" Nichkhun langsung menarikku, sedikit mengajakku berlari kecil.
Anehnya saat Nichkun menarikku, memegang tanganku, aku sama sekali tidak merasa tidak nyaman. Genggaman tangan ini... aku mengenalnya. Tapi... siapa?
"Woooaaaah... Neomu yeoppun!" Aku melihat sebuah pohon berwarna merah jambu. Di saat pohon lain berwarna hijau tertutup salju, dan entah mengapa pohon ini bisa berwarna merah muda dan salju pun sedikit yg menempel di dahannya. Membuat warnanya begitu menyala di antara tumpukan salju yang berwarna putih.
"Aku tahu, kau akan suka hal ini"
"Kau siapa?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutku sambil melihat wajahnya.
Nichkhun membalas tatapanku, dia kembali memamerkan lesung pipinya. "Aku Nichkhun," jawabnya sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Nado arayo~ tapi kenapa aku merasa kamu bukan orang asing?"
"Memang bukan" ucapnya sambil berlalu pergi. Membuat jejak kaki besar di lahan salju ini.
"Lalu... siapa?"
Entah suara ku terlalu pelan atau Nichkhun yang pura pura tak mendengar. Dia hanya pergi begitu saja.
"Ya! Nichkhun ssi~! Kau tak dengar pertanyaanku?!" Teriakku sembari berusaha mengejarnya.
"Molla~ aku tak mendengarnya" aku tau Nichkhun sebenarnya mendengar pertanyaannku. Tapi mengapa dia tak menjawabnya?
"Kau! Kau.... kau siapa?" Nafasku tergopoh gopoh mengejarnya dan berhasil merIh lengannya.
"Aku adalah bagian dari episode hidupmu Victoria ssi~" jawabnya sambil tersenyum dan melepas perlahan peganganku.
Aku mematung, kalimat itu sepertinya pernah aku dengar, suasana ini, perasaan ini. Pernah aku rasakan. Tapi mana mungkin? Ini pertama kalinya aku ke Nami Island. Apakah ini de javu?

# # #

Hari ke tigaku, aku sudah melihat agenda, dan kali ini saatnya aku mengunjungi Namsan Tower dan sekitarnya.
"Annyeonghaseo ajjhuma!" Sapaku penuh semangat.
"Aaa~ ne~ ne~ seorang gadis memang harus ceria dan semangat sepertimu. Maka aura cantik akan muncul dengan sendirinya"
"Gomawo!"
"Kemana jadwal kamu dan pacarmu hari ini?"
"Nae? Namja Chingu? Dugun? Saya masih single ajjhuma. Saya sendiri" jelasku.
"Ah~ kau bohong. Pria beralis tebal itu selalu menunggumu dan memastikan kamu sudah di kamar dan berdiam di depan sini beberapa saat sampai lampu kamarmu mati. Dia begitu setia. Kau harus sangat beruntung memilikinya"
"Alis tebal? Apakah badannya tinggi? Matanya besar?" Ajjhuma itu memberi anggukan pada setiap ciri yang aku sebutkan. "Nichkhun,"
"Ah~ jadi pria itu bernama Nichkhun, kemana dia pagi ini? Kenapa belum keliatan?"
"Molla~ aku tidak pergi dengan dia. Kami hanya tidak sengaja bertemu. Dan tanpa alasan dia terus mengikutiku"
"Sesuatu terjadi pasti ada alasannya. Sekalipun itu ketidaksengajaan" jelas nenek itu.

# # #

Hari ini perjalananku nyaman. Nichkhun tidak menggangguku hari ini. Ah~ senangnya, aku benar benar berpetualang sendirian.
Aku memilih bus pagi ini, berdesakkan di bus berhasil membuat tubuhku sedikit berkeringat. Pagi ini Seoul agak sedikit ramai. Mungkin karena hari ini hari senin dan masyarakat mulai bekerja. Benar saja fashion mereka seperti apa yang aku lihat di drama drama selama ini. Ah... aku suka negara ini. Aku suka.
Aku turun di salah satu halte bus. Yang membuatku terkejut bukan haltenya yang bersih dan nyaman, tapi pria itu sudah duduk di sana. Seakan dia sudah sengaja menungguku di sana.
"Kau," ucapku lirih, sedikit bergetar melihatnya hari ini.
Nichkhun hanya tersenyum hingga membentuk garis matanya. "Iya, aku" ucapnya sembari membusungkan dadanya.
Aku masih terdiam memandangi pria di hadapanku ini.
"Hey, apa aku terlalu tampan hari ini? Kau sampai terpukau seperti ini,"
Aku tersadar "kau siapa?" Hanya itu ucapan yang keluar dari mulutku.

-to be continued-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar